Minggu, 15 November 2009

Mengenal Dermawan Teragung Dunia

Saiyidina Abu Bakar r.a. merupakan seorang hartawan dan juga jutawan yang sanggup dengan rela hati ikhlas memberikan seluruh harta bendanya bagi suatu perjuangan suci, lalu sanggup pula hidup miskin kerananya. Beliau adalah diantara orang yang mula-mula sekali memeluk Islam dan menjadi sahabat baginda Rasulullah s.a.w yang paling karib serta paling disayangi.

Sebelum memeluk Islam lagi Saiyidina Abu Bakar r.a. sudah terkenal sebagai seorang bangsawan Arab yang kaya, baik akhlak serta di hormati oleh masyarakat Quraisyh Mekah. Tetapi setelah ia memeluk Islam, beliau merupakan tokoh Islam yang utama sekali dengan mengorbankan seluruh harta bendanya bagi menegakkan agama Islam di Tanah Arab. Dikalangan para sahabat dialah orang yang paling murah hati dan dermawan sekali.

Pernah dalam peperangan Tabuk, Rasulullah telah meminta pada sekalian umat Muslimin agar mengorbankan harta mereka pada jalan Allah. Maka datanglah Saiyidina Abu Bakar r.a. membawa seluruh harta bendanya, lalu diletakkan antara dua tangan baginda. Melihat banyaknya harta yang dibawa oleh Abu Bakar r.a. itu baginda menjadi terkejut lalu bertanya kepadanya: "Hai sahabatku yang budiman, kalau sudah seluruh harta bendamu kau korbankan, apakah lagi yang akan kau tinggalkan untuk anak-anak dan isterimu?." Pertanyaan Rasulullah s.a.w. dijawab oleh Saiyidina Abu Bakar r.a. dengan tenang sambil tersenyum, katanya: "Saya tinggalkan mereka Allah dan rasul-Nya." Demikianlah kehebatan jiwa Saiyidian Abu Bakar Al-Siddiq r.a. yang tiada bandingannya di dunia hingga hari ini.

ZIARAH KUBUR MENURUT SYARI’AT ISLAM

Oleh : Abdullah Fahd As Sallum Nasir Abdul karim Al-Aql

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(An Nur : 51)

Ziarah kubur pada zaman sekarang terbagi menjadi 3 golongan :

1. Ziarah syar’iyah (menurut syari’at Islam)

2. Ziarah syirkiyah (syirik)

3. Ziarah bid’iyah (bid’ah)

1. Ziarah syar’iyah

Yaitu ziarah kubur sebagaimana yang telah disyari’atkan oleh Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam (dalam menziarahi kubur para sahabat yang telah mendahului beliau), yaitu demi mengingat akhirat, sebagaimana yang telah disabdakan dalam haditsnya:

“Berziarahlah ke kubur, sesungguhnya ia mengingatkan kalian akan akhirat.” (Riwayat Muslim)

Pada saat berziarah berbuatlah kebajikan terhadap yang telah mati, dengan rasa kasih, serta mendoakan untuknya, agar Allah subhanahu wa ta'ala mengampuni dosanya, dan menempatkan di sisi-Nya.

Sampaikanlah salam untuk saudara-saudara yang telah mendahului kita dengan ucapan:

òÜ ôÁó¸øI "A òÕBòq ôÆøGBúÃøGòË òÅôÎøÀø¼ônóÀô»AòË òÅôÎøÄø¿ôÛóÀô»A òÅø¿iBòÍø÷f»A ò½ôÇòA ôÁó¸ôÎò¼ò§ óÂòÝún»A

ÒòÎø¯Bò¨ô»A óÁó¸ò»òË BòÄò» ò"A ó¾òDônòÃ òÆÌó´øY

“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepada kalian, wahai ahli kubur dari orang-orang mukmin dan muslim, dan sesungguhnya kami insya Allah akan mengikuti kalian, dan kami meminta kepada Allah keselamatan untuk kami dan untuk kalian.” (Riwayat Muslim)

Dengan demikian peziarah telah berbuat kebajikan untuk dirinya sendiri (denfan mendapatkan pahala, serta mengingatkan dirinya tentang akhirat), begitu pula telah berbuat kebajikan untuk yang telah mati (denga do’a yang ia panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengampun, karena yang mati sangat mengharapkannya) (Tafsir Al Aziz Al Hamid : 337).

Saat Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam selesai dari pemakaman seorang sahabat yang baru meninggal, beliau berdiri di sampingnya seraya bersabda:

“Mohonlah (kepada Allah subhanahu wa ta'ala) pengampunan untuk saudara kalian, dan mohonlah ketetapan untuknya (dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan nakir), karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya.” (Riwayat Abu Dawud)

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam telah bersabda:

“Apabila mati seseorang, putuslah amalnya kecuali dari tiga : sadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh mendoakan untuknya.” (Riwayat Muslim).

Ringkasan ziarah syar’iyah ialah:

a) Mengingat akan akhirat

b) Memberi salam untuk ahli kubur

c) Mendoakan untuk yang telah mati.

2. Ziarah Syirkiyah

Yaitu ziarah tehadap orang mati, namun disertai dengan amalan yang menjadikan dirinya menyekutukan Allah subhanahu wa ta'ala dengan yang mati tersebut, karena peziarah berdoa dan meminta kepada si mayat yang telah dikubur, sambil menyampaikan apa-apa yang diinginkannya, seperti meminta kepadnya agar dijauhkan dari bahaya atau musibah, dan supaya dimenangkan dari musuh-musuhnya, dan lain sebagainya. Yang semestinya hanya boleh dan dapat diminta semata-mata dari Allah subhanahu wa ta'ala, tempat meminta dan berdoa.

“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata: ‘Mereka itu dalah pemberi safaat kepada kami di sisi Allah ‘. Katakanlah, ‘Apakah kalian mengkhabarkan kepada Allah apa yang dirak diketahui-Nya baik di langit dan tidak dibumi?’ Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Yunus : 18).

Perbuatan semacam itu sangat sesat dan merugikan, baik bagi diri peziarah, karena meminta kepada selain Allah, maupun bagi yang telah mati, karena menyimpang dari yang telah disyari’atkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, maka yang mati tidak mendapatkan pahala doa peziarah, dan dari permintaan rahmat serta istighfar dan belas kasihnya.

Bahkan dengan demikian, berarti peziarah telah melanggar perintah Allah subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya shalallau 'alaihi wasallam, serta bertentangan dengan adab ziarah kubur yang telah disyari’atkan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do’a)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do’a mereka?” (Al Ahqof : 5)

disini terlihat dengan jelas hikma dari larangan dalam membangun masjid di atas makam, dan hikmah larangan shalat di makam atau shalat menghadapnya.

Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam telah memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan doa sebagai berikut:

“Ya, Allah janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah, Allah sangat murka kepada kaum yang menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (Riwayat Malik dalam Muwatha’)

simaklah dengan penuh perhatian wasiat beliau shalallau 'alaihi wasallam sebelum wafat:

“Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani lantaran menjadikan kubur nabi-nabi mereka sebagai masjid.” –Aisyah berkata : Beliau mengancam orang-orang yang berbuat semacam perbuatan mereka. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ringkasan ziarah syirkiyah adalah:

a) Berdoa kepada yang telah mati.

b) Meminta pertolongan (isti’anah) dari yang matu, atau memanggilnya untuk istighotsah.

c) Thawaf mengelilingi kuburan

d) Memotong hewan di kuburan demi yang mati

e) Nadzar atau yang serupa jika semata-mata untuk yang dikubur.

(Mujmal ushul ahlussunnah wal jama’ah fil aqidah-Dr Nasir Al Aql)

3. Ziarah bid’iyah

Jika peziarah kubur bermaksud menyembah Allah subhanahu wa ta'ala dengan harapan akan memperoleh berkah dari kubur tersebut, maka perbuatan yang demikian adalah bis’ah yang diharamkan, karena Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam telah melarang shalat di makam, demi mencegah bahaya syirik, sekaligus menjauhkan dari wasilah (sarana) yang mengakibatkan dosa syirik.

Imam al Albani menerangkan perihal shalat di makam jika mengharapkan akan medapat berkah:

“Bahwa shalat tersebut hukumnya tidak sah, karena Rasulullah shalallau 'alaihi wasallam telah melarang siapapun membangun masjid di makam, dan melaknat orang yang berbuat demikiab, maka larangan shalat di makam lebih utama, dan hukum larangan di sini berarti tidak sahnya shalat tersebut.”

(Tahdzir as Sajid min Ittihad Al Qubur Masajid : 179)

Ringkasan ziarah bid’iyah ialah:

a) Menyembah Allah subhanahu wa ta'ala dan pendekatan kepada-Nya di makam

b) Mencari berkah dari kubur

c) Menghadiahkan pahala di kubur

d) Membangun tembok kubur dan memasang lampu

e) Membangun masjid di atas kubur

f) Bepergian (keluar kota) bermaksud ziarah kubur

g) dan lain sebagainya yang telah dilarang, atau yang tidak berdasarkan dalil.

HIKMAH BERBAKTI KEPADA KEDUA IBUBAPA

Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.
Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.

Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu hairan, "Kubah apakah gerangan ini?" fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya.
"Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?" tanya Nabi Sulaiman kehairanan.
"Aku adalah manusia", jawab pemuda itu perlahan.
"Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?" tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan.

Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit.
"Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah terbuat dari permata. Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya." Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.

Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu.
"Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?" tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut.
"Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah."
"Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?"
"Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yang aku makan. Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu."

"Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?" tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin hairan.
"Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam." Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah keromah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dari kisah teladan